Pada zaman dahulu kala di Pulau Mintin daerah Kahayan Hilir
terdapat sebuah kerajaan yang terkenal akan kearifan rajanya. Akibatnya,
kerajaan itu menjadi wilayah yang tenteram dan makmur. Rakyatnya hidup rukun,
makmur, damai dan sejahtera.
Suatu ketika, permaisuri dari sang raja meninggal dunia.
Dan, mulai saat itu raja menjadi murung dan nampak selalu bersedih hati.
Kesehatannya makin lama makin menurun. Keadaan ini membuatnya menjadi tidak
dapat lagi memerintah dengan baik. Untuk menanggulangi situasi yang demikian
ini, raja pun berniat berlayar agar hatinya sedikit terhibur.
Agar pemerintahan tetap berjalan sebagaimana biasanya, maka
sang raja kemudian menyerahkan tahtanya pada kedua anak kembarnya yang bernama
Naga dan Buaya. Mereka menyanggupi keinginan tersebut dengan tujuan agar
ayahhandanya segera sembuh dan tidak bersedih hati lagi.
Namun sayang, setelah beberapa bulan memerintah mulailah
timbul permasalahan. Hal ini diakibatkan karena kedua orang ini mempunyai
kebiasaan yang saling bertentangan. Si Naga mempunyai kebiasaan negatif,
seperti: senang berfoya-foya, bermabuk-mabukan dan berjudi. Sedangkan Si Buaya
sebaliknya. Ia seorang yang pemurah, ramah terhadap siapa saja, tidak hidup
roya, dan suka menolong orang lain yang sedang kesusahan.
Melihat tingkah laku Si Naga yang menghamburkan harta
kerajaan untuk berfoya-foya, Si Buaya pun lantas menasihatinya. Tetapi rupanya
Si Naga tidak mau mendengar apa yang dinasihatkan oleh saudara kembarnya.
Perang mulut pun terjadi dan kemudian berlanjut menjadi perkelahian. Prajurit
kerajaan itu akhirnya terbagi menjadi dua kubu. Sebagian memihak Si Naga dan
sebagian lagi Si Buaya. Pertempuran besar yang memakan banyak korban jiwa
terjadi diantara kedua kubu tersebut.
Di sisi lain, saat dalam pelayaran Sang Raja mempunyai
firasat buruk. Ia lalu menyuruh nahkodanya untuk memutar haluan kembali ke
kerajaan. Ketika telah berlabuh, betapa terkejutnya Sang Raja menyaksikan kedua
puteranya sedang bertarung di dekat pelabuhan. Dengan berang ia berkata,
“Kalian telah menyia-nyiakan kepercayaanku. Untuk itu, terimalah hukumanku.
Buaya, jadilah engkau seekor buaya yang sebenarnya dan mulai sekarang hidup di
air. Tugasmu mulai saat ini adalah menjaga Pulau Mintin. Sedangkan engkau Naga,
jadilah engkau naga yang sebenarnya. Engkau akan tinggal di sepanjang Sungai
Kapuas. Tugasmu adalah menjaga agar Sungai Kapuas tidak ditumbuhi Cendawan
Bantilung.”
Setelah berkata demikian, tiba-tiba langit menjadi gelap dan
suara petir pun menggelegar. Dalam sekejap kedua putra Sang Raja beralih wujud
menjadi seekor buaya dan naga yang sebenarnya. Mereka lalu pergi ke tempat yang
telah ditugaskan oleh Sang Raja.
No comments:
Post a Comment