Monday, November 11, 2013

Benang Bintik : Batik Khas Dayak Kalimantan Tengah

Batik Benang Bintik merupakan kain batik khas daerah Kalimantan Tengah. “Benang” dalam bahasa setempat berarti helaian kain putih, sedangkan “bintik” berarti desain atau bintik yang diterakan di atas “benang”. Kekhasan pada baik ini terletak pada jenis motif yang mencerminkan kebudayaan suku Dayak, suku asli daerah tersebut. Motif-motif yang dituangkan dalam kain batik diambil dari lukisan-lukisan atau ukiran-ukiran yang biasa digunakan oleh masyarakat Dayak zaman dahulu dalam berbagai ritual atau upacara adat.
Motif dalam Batik Benang Bintik juga terpengaruh oleh kepercayaan Suku Dayak yang disebut Kaharingan. Meskipun kini sebagian besar Suku Dayak telah memeluk agama resmi di Indonesia, seperti Islam, Kristen, Katolik, Hindu, dan Budha, namun mereka
tidak meninggalkan kepercayaan leluhur yang disebut dengan Kaharingan. Kepercayaan ini berkembang melalui simbol-simbol, baik yang berwujud benda alam di ruang angkasa, bumi, maupun dalam diri manusia. Salah satu wujud dari simbol kepercayaan tersebut adalah Batang Garing atau Pohon Kehidupan yang melambangkan suatu hubungan vertikal antara manusia dengan sang Penguasa (Raying Hatala) dan hubungan horizontal antara manusia dengan makhluk lain yang ada di bumi.
Pohon Kaharingan itulah yang kemudian menjadi ciri khas utama dari motif Batik Benang Bintik di samping motif khas lainnya, seperti motif kawit tuyan, guci, tombak, tameng, balain nihing, dan sebagainya. Meskipun terkadang terdapat motif lain yang menghiasi kain Batik Benang Bintik, namun motif tersebut hanya merupakan tambahan sebagai bentuk variasi dari para pengrajin. Sampai saat ini, Batik Benang Bintik telah dipatenkan oleh Badan Karya Dunia sebagai karya Bangsa Indonesia.
Pemilihan Batik Benang Bintik sebagai ciri khas Kalimantan Tengah berawal dari keinginan pemerintah setempat, yaitu Gubernur Soeparmanto (1989-1994), agar daerahnya memiliki cenderamata yang khas sekaligus menjadi busana formal bercirikan Kalimantan Tengah. Mengingat pemasarannya masih terbatas pada pasar lokal, maka berbagai upaya pun dilakukan untuk memperkenalkan Batik Benang Bintik kepada masyarakat luas. Di antaranya adalah mengikuti pameran-pameran di luar daerah dan menetapkan kebijakan untuk menggeliatkan penggunaannya seperti mewajibkan pegawai instansi pemerintah menggunakan Batik Benang Bintik seminggu sekali.
Batik Benang Bintik merupakan salah satu aset budaya masyarakat Kalimantan Tengah yang tak ternilai harganya. Batik ini tidak hanya mengandung nilai seni yang tinggi, tetapi juga memiliki karakter yang sangat khas sehingga menjadi identitas diri masyarakat Kalimantan Tengah, khususnya Suku Dayak. Karakter dari batik ini terlihat pada motif-motif etniknya yang khas sekaligus menjadi ciri pembeda dari batik-batik lainnya. Selain itu, hasil kerajinan tangan suku Dayak ini juga memiliki banyak pilihan motif maupun model yang relevan dengan kebutuhan zaman. Jika pada awalnya batik ini hanya dikenakan pada upacara adat atau pernikahan, kini Batik Benang Bintik sering dipakai dalam berbagai kegiatan penting seperti festival, ajang pemilihan model, maupun kegiatan seni dan budaya daerah lainnya.
Menciptakan Batik Benang Bintik yang berkualitas dan bernilai seni tinggi memang bukan pekerjaan mudah. Ditambah lagi, peralatan yang digunakan oleh para pengrajin masih sangat sederhana sehingga berpengaruh pada segi ketepatan waktu penyelesaian setiap unit produksi. Namun bagi para pengrajin, jumlah hasil produksi bukan menjadi ukuran tetapi lebih pada kualitas dan nilai seninya.
Seperti halnya batik yang lain, proses pembuatan Batik Benang Bintik juga harus melalui beberapa tahap. Tahap pertama dimulai dari menyiapkan peralatan dan bahan baku seperti kain dobi, rayon kembang, sutra bermotif, sutra polos, pewarna, lilin malam, dan soda. Bahan-bahan baku tersebut umumnya didatangkan dari Pulau Jawa. Tahap berikutnya adalah pengecapan atau pemberian motif pada kain polos dengan menggunakan canting cap, dilanjutkan dengan pencoletan atau pemberian warna ke dalam motif. Setelah itu, kain yang telah bermotif diberi warna dasar yang terdiri dari warna prosen atan warna neptol (biasa disebut dengan penjegeran).

Tahap selanjutnya adalah plorotan atau perebusan kain untuk membersihkan lilin yang melekat pada motif kain. Kain yang telah direbus kemudian dicuci sampai bersih lalu dijemur. Khusus kain yang diberi warna dasar prosen tidak boleh terkena sinar matahari langsung, tetapi cukup diangin-anginkan selama 12 jam sembari dibolak-balik agar warnanya merata. Setelah kering, Batik Benang Bintik siap untuk dipasarkan, baik dalam bentuk kain maupun dalam bentuk pakaian jadi seperti rok, sarung, daster, kemeja, maupun selendang.

No comments:

Post a Comment