
Motif dalam Batik Benang Bintik
juga terpengaruh oleh kepercayaan Suku Dayak yang disebut Kaharingan. Meskipun
kini sebagian besar Suku Dayak telah memeluk agama resmi di Indonesia, seperti
Islam, Kristen, Katolik, Hindu, dan Budha, namun mereka
tidak meninggalkan kepercayaan
leluhur yang disebut dengan Kaharingan. Kepercayaan ini berkembang melalui
simbol-simbol, baik yang berwujud benda alam di ruang angkasa, bumi, maupun
dalam diri manusia. Salah satu wujud dari simbol kepercayaan tersebut adalah
Batang Garing atau Pohon Kehidupan yang melambangkan suatu hubungan vertikal
antara manusia dengan sang Penguasa (Raying Hatala) dan hubungan horizontal
antara manusia dengan makhluk lain yang ada di bumi.
Pohon Kaharingan itulah yang
kemudian menjadi ciri khas utama dari motif Batik Benang Bintik di samping
motif khas lainnya, seperti motif kawit tuyan, guci, tombak, tameng, balain
nihing, dan sebagainya. Meskipun terkadang terdapat motif lain yang menghiasi
kain Batik Benang Bintik, namun motif tersebut hanya merupakan tambahan sebagai
bentuk variasi dari para pengrajin. Sampai saat ini, Batik Benang Bintik telah
dipatenkan oleh Badan Karya Dunia sebagai karya Bangsa Indonesia.
.jpg)
Batik Benang Bintik merupakan
salah satu aset budaya masyarakat Kalimantan Tengah yang tak ternilai harganya.
Batik ini tidak hanya mengandung nilai seni yang tinggi, tetapi juga memiliki
karakter yang sangat khas sehingga menjadi identitas diri masyarakat Kalimantan
Tengah, khususnya Suku Dayak. Karakter dari batik ini terlihat pada motif-motif
etniknya yang khas sekaligus menjadi ciri pembeda dari batik-batik lainnya.
Selain itu, hasil kerajinan tangan suku Dayak ini juga memiliki banyak pilihan
motif maupun model yang relevan dengan kebutuhan zaman. Jika pada awalnya batik
ini hanya dikenakan pada upacara adat atau pernikahan, kini Batik Benang Bintik
sering dipakai dalam berbagai kegiatan penting seperti festival, ajang
pemilihan model, maupun kegiatan seni dan budaya daerah lainnya.
Menciptakan Batik Benang Bintik
yang berkualitas dan bernilai seni tinggi memang bukan pekerjaan mudah.
Ditambah lagi, peralatan yang digunakan oleh para pengrajin masih sangat
sederhana sehingga berpengaruh pada segi ketepatan waktu penyelesaian setiap
unit produksi. Namun bagi para pengrajin, jumlah hasil produksi bukan menjadi
ukuran tetapi lebih pada kualitas dan nilai seninya.
Tahap selanjutnya adalah plorotan
atau perebusan kain untuk membersihkan lilin yang melekat pada motif kain. Kain
yang telah direbus kemudian dicuci sampai bersih lalu dijemur. Khusus kain yang
diberi warna dasar prosen tidak boleh terkena sinar matahari langsung, tetapi
cukup diangin-anginkan selama 12 jam sembari dibolak-balik agar warnanya merata.
Setelah kering, Batik Benang Bintik siap untuk dipasarkan, baik dalam bentuk
kain maupun dalam bentuk pakaian jadi seperti rok, sarung, daster, kemeja,
maupun selendang.
No comments:
Post a Comment