Manyadiri atau
Nyadiri, adalah suatu model upaya preventif dan kuratif yang sering dilakukan
oleh sebagian masyarakat Dayak di Kalimantan Tengah agar keluarganya terhindar
dari sial kawe (mara bahaya). Bahkan melalui ritual Nyadiri diyakini dapat
menyembuhkan berbagai macam penyakit yang mengancam kelangsungan kehidupan
keluarga.
Menurut sejarahnya,
ritual Manyadiri ini semula didapat dari sebuah mimpi seorang yang bernama
Antang Pitih dan indang (bahasa Dayak halus untuk 'ibu'). Ia hidup dengan
keadaan yang amat miskin. Persoalan kemiskinan inilah yang selalu dikeluhkan
oleh Antang Pitih, dia bertanya kepada Ranying Hatala Langit (Tuhan) kenapa
kehidupan keluarganya tidak seberuntung keluarga lainnya. Oleh sebab itu Antang
Pitih bermohon dan minta pertolongan Ranying Hatala Langit agar diberi suatu
talenta yang dapat digunakan memperbaiki kehidupan keluarganya menjadi lebih
baik dan terhormat di lingkungan masyarakatnya pada waktu itu.
Segala keluhan dan
permohonan Antang Pitih didengar oleh Ranying Hatala Langit. Akhirnya Antang
Pitih diberi talenta melalui mimpi, apapun yang dimimpikan Antang Pitih selagi
tidur, maka esok harinya akan menjadi kenyataan. Selama 7 tahun, 7 bulan dan 7
hari, selama itulah mimpi Antang Pintih selalu menjadi kenyataan. Bila Antang
Pitih bermimpi mendapat ikan yang banyak maka esok harinya ketika Antang Pitih
mencari ikan maka ia memperoleh ikan yang banyak. Pokoknya sejak diberi talenta
Tamat Mimpi oleh Ranying Hatala Langit, kehidupan Antang Pitih dan indang-nya
serba berkecukupan malah berlebihan. Begitu pula proses Manyadiri ini juga
didapat dari mimpi Antang Pitih. Hingga sampai sekarang masyarakat Dayak masih
mempercayainya
No comments:
Post a Comment